Kamis, 24 April 2014

TUGAS SIP KELAS (RESUME PRESENTASI KELOMPOK 1)


WATER RESOURCES MANAGEMENT (Rao VV & Raju VV)

Peran satelit penginderaan jauh untuk pengelolaan sumber daya air adalah sebagai berikut :
a.    Menyediakan cara untuk mengamati dan mengukur tanah dan variabel hidrologi atas ruang geografis dan mendukung deskripsi duniawi
b.    Penginderaan jauh juga berperan untuk menangkap radiasi elektromagnetik dari fitur permukaan bumi yang baik dipantulkan atau dipancarkan agar mengetahui bagaimana variabel hidrologi tersebut berjalan.

Fungsi GIS pada sektor sumber daya air adalah sebagai berikut :
a.    Penilaian sumber daya air
b.    Pengelolaan sumber daya air
c.    Pengembangan sumber daya air
d.    Manajemen daerah aliran sungai
e.    Dukungan bencana banjir
f.     Dampak lingkungan dan manajemen
g.    Informasi sumber daya air dan sistem pendukung keputusan

Data keruangan yang digunakan dalam menganalisis sumber daya air ini adalah sebagai berikut :
a.    Peta curah hujan
b.    Peta penggunaan lahan
c.    Peta topografi
d.    Peta jenis tanah
e.    Peta hidrologi
f.     Peta sosial ekonomi dan infrastruktur
g.    Peta lingkungan dan ekologi

Dalam jurnal ini studi kasus yang diangkat adalah sumber daya air yang ada di negara India. Adapun isu dan masalah sumber daya air yang ada di negara India ini adalah sebagai berikut :
1.    Sumber daya air yang ada di India secara kuantitatif besar namun terdapat perbedaan yang signifikan dalam distribusi dan pemanfaatannya.
2.    Pemanfaatan sumber daya air di India sebagaian besar didominasi oleh sektor pertanian
3.    Terjadinya sedimentasi waduk
4.    Tidak efisiensinya pemanfaatan potensi irigasi
5.    Terjadinya kekeringan
6.    Terjadi ekspoitasi secara berlebihan dan penipisan sumber daya air tanah
7.    Terjadinya penurunan kualitas air dan lingkungan
8.    Adanya keterbatasan sumber daya air

Dengan adanya isu dan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, Pemerintahan India mengadakan program satelit teknik penginderaan jauh. Program ini diterapkan untuk menghasilkan informasi pada status genangan air dan salinitas/alkalinitas periode tahun-tahun tertentu yang beroperasi di daerah yang dipilih terkait dengan cara dan pengelolaan sumber daya air tersebut. Salah satu keluaran dari program ini adalah adanya pemetaan dan pemantauan salinitas dengan air genangan di India yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.


Adapun konsep sistem pengelolaan sumber daya air, hasil pemetaan dan pemantauan penginderaan jarak jauh dapat dilihat pada gambar berikut ini.


Pemetaan dapat dilakukan untuk pemetaan pertanian dalam hal memonitoring dan melakukan pemantauan irigasi pertanian untuk tanaman padi, non padi dan padi musiman. Selain pada sektor pertanian, pemetaan dapat dilakukan untuk mengidentifikasi Danau Glacial yang berfungsi untuk mengetahui letak lokasi danau glasial dan lokasi rawan longsor salju.

Jumat, 18 April 2014

TUGAS SIP KELOMPOK (UTS) / RESUME KELOMPOK 4






 

Review Jurnal

THE CITY OF BANDUNG AND REVIEW OF BANDUNG SPATIAL PLANNING STRATEGIES IN 2005


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Perencanaan
Semester VI Tahun Akademik 2014/2015





Kelompok 4 :

Dzikri Hidayat                      10070310018
Muhammad Muhtaj Q.       10070310040
Risya Nurazizah                 10070311003





TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2014 M / 1435 H






KOTA BANDUNG DAN ULASAN STRATEGI PENATAAN RUANG KOTA BANDUNG PADA TAHUN 2005



KONTEKS FISIK 
Kota Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Lokasi geografisnya adalah 1070 32 '38,91 "E dan 60 55' 19.94" S, sedangkan ketinggian adalah antara 675 m dan 1'050 m dpl. Kondisi topografi Bandung dapat dikategorikan menjadi dua bagian. Bagian Utara merupakan daerah pegunungan dengan panorama yang indah, sedangkan bagian selatan kota relatif rendah dengan daerah pertanian dan rawa-rawa. Kondisi atmosfer Bandung dapat digambarkan sebagai basah dan lembab. Suhu rata-rata adalah 23,6 ° C, sedangkan curah hujan bulanan mencapai 156,4 mm (rata-rata 15 hari hujan dalam setiap bulan). Beberapa ahli menjelaskan bahwa Bandung adalah cekungan besar di zaman prasejarah. Hal ini merupakan kendala dalam konteks pembangunan karena keterbatasan lahan untuk ekspansi dan biaya pengembangan yang lebih tinggi untuk mengembangkan lereng curam.  

Gambar
Pemandangan yang Indah di Bandung Utara

Dengan total luas 167,29 km2, Kota Bandung dibagi menjadi Enam Wilayah Pengembangan, yaitu :
1.    Wilayah Pengembangan Bojonegara
2.    Wilayah Pengembangan Cibeunying
3.    Wilayah Pengembangan Tegallega
4.    Wilayah Pengembangan Karees
5.    Wilayah Pengembangan Ujungberung
6.    Wilayah Pengembangan Gedebage
Divisi ini selanjutnya disajikan dalam gambar berikut.

Gambar
Peta Bandung beserta enam Wilayah Pengembangan

KONTEKS SOSIAL, POLITIK DAN KELEMBAGAAN 
Bandung dibangun pada tahun 1488 oleh Kerajaan Pajajaran namun tidak sepenuhnya dikembangkan sampai tahun 1799. Selanjutnya pemerintahan Bandung dibentuk pada 21 Februari 1901. Selama waktu stabilisasi Republik Indonesia bentuk Kota diubah menjadi Staadsgemeente Bandoeng di 1 Juli 1948, Haminte Bandung 17 Januari 1949, dan akhirnya menjadi Bandung Big City pada 15 Agustus 1950. Sejak itu Kota Bandung berada di bawah Penanganan Pemerintahan Nasional. Daerah Kota Bandung telah mengalami perluasan beberapa kali karena populasi penduduk yang meningkat dan adanya kebutuhan politik. Pada tahun 1906 Kota Bandung dinyatakan sebagai derah otonom dengan luas 1.922 Ha. Ini merupakan ekstensi pertama. Ekstensi kedua terjadi pada 12 Oktober 1917 dengan luas 1.871 Ha.

Gambar
Kota Bandung pada Tahun 1930an

Pada tahun 1933, proses perencanaan dari Kota Bandung yang digagas oleh Prof, Ir. Thomas Karsten. Rencananya dipersiapkan untuk 25 tahun ke depan. Karena rencana, wilayah Bandung diperpanjang dari 2'871 Ha ke 12'758 Ha untuk rumah 750'000 orang pada tahun 1955. Rencana ini kemudian dikenal dengan "Rencana Karsten" dan dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar
Rencana Karsten untuk Kota Bandung

Kota Bandung dibagi menjadi :
1.    6 Wilayah Pembangunan (WP)
2.    26 Kecamatan yang dipimpin oleh seorang camat
3.    139 Desa (Kelurahan) yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa (Lurah)
4.    1.500 Asosiasi Masyarakat (Rukun Warga) yang dipimpin oleh seorang Ketua RW
5.    9.277 Asosiasi Sekitar (Rukun Tetangga) yang dipimpin oleh seorang Ketua RT

Menurut Sensus Ekonomi Nasional 2003 penduduk Bandung telah mencapai 2.228.268 orang (dengan 1.113.267 perempuan dan laki-laki 1.115.001). Kepadatan penduduk rata-rata Bandung adalah 13'367 orang / km2.

Gambar
Kepadatan Penduduk di Kota Bandung pada Tahun 2000

Dari segi pendidikan penduduk Kota Bandung dapat dikatakan normal, hanya sekitar 9,33% saja yang tidak menerima pendidikan. Masalah pengangguran di Kota Bandung juga telah disoroti oleh beberapa ahli, dilaporkan 27.500 orang menganggur karena perusahaan menutup dan kurangnya kreasi pekerjaaan.
Pada tahun 2003 Sensus Ekonomi jumlah penduduk miskin telah mencapai 34,34% dari total penduduk. Maasalah kemiskinan ini menciptakan banyak masalah sosial seperti kriminalitas, permukiman kumuh dan lain sebagainya.

Gambar
Pemukiman Kumuh di Bandung

Untuk segi fasilitas umum misalnya fasilitas kesehatan, jumlah fasilitas kesehatan di Bandung sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk Bandung, meskipun idealnya harus ditingkatkan.

KONTEKS EKONOMI
Kegiatan ekonomi utama Kota Bandung adalah perdagangan dan industri manufaktur khususnya tekstil dan garmen.  Adapun kegiatan pertanian di Bandung telah berkurang sejak tahun 1970 karena telah banyak lahan pertanian yang dikonversi menjadi kawasan industri dan perumahan. 
Tabel IV
Total jumlah perusahaan industri besar dan menengah dan
penyerapan tenaga kerja di Bandung, 1998-2003

Tahun
Banyaknya Usaha
Tenaga Kerja
1998
537
102.481
1999
555
114.840
2000
581
119.696
2001
577
147.945
2002
567
128.167
2003
577
108.388



Sektor ekonomi lainnya yang membuat banyak kontribusi adalah pendidikan. Beberapa  universitas yang diakui secara nasional seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaran (UNPAD) dan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) rupanya telah mendorong perguruan tinggi swasta muncul di Bandung. Semua lembaga pendidikan kemudian menciptakan tuntutan untuk mendukung kegiatan ekonomi seperti perdagangan dan jasa.
Factory outlet, makanan lezat dan pemandangan yang indah tiga faktor menarik bagi wisatawan yang datang ke Bandung. Hal ini telah menghasilkan keuntungan besar untuk industri ini. Di sisi lain, dampak negatif yang ditimbulkan adalah kemacetan lalu lintas akhir pekan yang berat.

Gambar
Kemacetan lalu lintas di Bandung

KONTEKS LINGKUNGAN
Kebutuhan sanitasi publik yang baik di Bandung tidak mudah untuk menangani, karena adanya disintegrasi pelayanan publik jaringan dalam struktur perkotaan yang ada. Hal ini dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar
Limbah padat yang tidak bisa diangkut dan longsor sampah yang terjadi
di Leuwi Gajah Bandung


Kurangnya pengolahan sampah akhir yang memadai adalah masalah utama bagi pengelolaan sampah. Masalah lain yang berasal dari operasi ini adalah kontaminasi logam berat tanah, kontaminasi air, polusi bau dan menyebar penyakit menular. Semua fenomena ini menunjukkan perlunya pergeseran paradigma dalam pengelolaan limbah padat Bandung.

Lingkungan di Kota Bandung juga terkait masalah lain adalah banjir tahunan. Karena perkembangan pesat di Bandung, terutama di wilayah utara yang merupakan daerah resapan air tanah, masalah banjir menjadi acara tahunan di bagian selatan Bandung. Penyebab lain dari ini mengotori masalah di sungai.

Gambar
Daerah rawan banjir dan program perbaikan sungai
 
Gambar
Kondisi saat banjir

Masalah polusi udara juga yang terjadi di Bandung, karena meningkatnya populasi mobil pribadi dan sepeda motor. 

Strategi Perencanaan Tata Ruang yang Telah Ada
Kota Bandung sebenarnya telah mengidentifikasi beberapa masalah di atas dalam dua rencana pemerintah. Rencana ini menyatakan strategi baru untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Dokumen-dokumen ini adalah: Rencana Strategis Kota Bandung 2004 - 2008, dan Rencana Bandung Guru 2013.

Rencana Strategis Kota Bandung 2004-2008
Rencana Strategis Kota Bandung telah mengidentifikasi beberapa isu strategis yang harus diprioritaskan dalam program pembangunan 5-tahun. Isu-isu pembangunan strategis adalah:
1.    Pengembangan Sumber Daya Manusia
-       Meningkatkan sumber daya manusia (agen publik dan pemerintah)
-       Meningkatkan lembaga pendidikan di Kota
2.    Pembangunan ekonomi
-       Meningkatkan ekonomi masyarakat berdasarkan kesempatan yang sama kuat dan lokal
-       Menciptakan peluang investasi yang menarik untuk mempromosikan kesempatan kerja
-       Mengurangi kemiskinan
3.    Pengembangan Budaya - Sosial
-       Menciptakan kohesi sosial di masyarakat
-       Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap proses pembangunan
-       Memanfaatkan potensi masyarakat Total
-       Mengontrol urbanisasi
4.    Perencanaan Kota
-       Memberikan pelayanan publik bagi semua warga Kota
-       Menyediakan infrastruktur yang baik untuk investasi baru terutama sistem transportasi
-       Mengembangkan bagian Timur Kota Bandung
-       Mengontrol masalah banjir
-       Mempertahankan infrastruktur kota
-       Mengurangi eksploitasi air tanah, dengan menyediakan pasokan air yang cukup bersih
-       Mengurangi polusi tanah, air dan udara
-       Meningkatkan kualitas hidup
-       Membuat pengelolaan sampah yang efisien dan efektif
5.    Tata Kelola yang Baik
-       Meningkatkan partisipasi stakeholder dalam semua proses pembangunan
-       Mempromosikan profesionalisme, akuntabilitas, dan agen pemerintah yang responsif
-       Meningkatkan infrastruktur pemerintah untuk pelayanan publik
-       Meningkatkan koordinasi antara kota di daerah Greater Bandung
6.    APBD
-       Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penganggaran
-       Membuat akuntabel, efektif, efisien sistem APBD
Isu-isu ini kemudian diterjemahkan ke dalam Vision, yang "Mempromosikan Bandung menjadi bersih, kaya, baik dan ramah City, berdasarkan industri jasa." Nanti setiap masalah juga diterjemahkan ke dalam program-program pembangunan yang lebih detail. Respon saya untuk rencana ini adalah keterbatasan waktu serta dampak langsung dari setiap program untuk Pembangunan Perkotaan.

Master Plan Bandung 2013
Tujuan dari Master Plan ini adalah untuk menciptakan efisiensi penggunaan lahan, mengintegrasikan pengembangan kota dan meningkatkan efektivitas pelayanan perkotaan. Ini juga termasuk beberapa rekomendasi dari Master Plan 1992. Enam Pengembangan Kecamatan yang diusulkan sesuai dengan lokasi geografis yang sama di dalam saluran layanan Sekunder Perkotaan Centre.  Selanjutnya divisi ini dan Pusat Perkotaan disajikan dalam gambar berikut.
Gambar
Pusat Kota Primer dan Sekunder dan Distrik di Kota Bandung

Master Plan 2013 yang diusulkan delapan Pusat Perkotaan untuk menciptakan pelayanan perkotaan yang lebih baik. Dua Pusat Primer adalah Afrika di Area Asia (Pusat Kota yang ada) dan Gedebage sekitar. Ini diusulkan untuk menciptakan sebuah kota duo-sentris dan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Pusat Kota. Enam Pusat Sekunder telah dijelaskan dalam tabel sebelumnya.

Rencana penggunaan lahan juga disajikan dalam gambar berikut.
Gambar
Peta Penggunaan Lahan di Kota Bandung

Karena peran Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat, beberapa daerah strategis juga diidentifikasi untuk melayani wilayah yang lebih besar, yang akan disajikan dalam tabel berikutnya.

Tabel VIII
Provinsi, Daerah dan Kota Pusat di Bandung


Lokasi ini lebih lanjut disajikan dalam gambar berikut.
Gambar
Provinsi, Daerah dan Pusat Kota di Bandung

Dalam merespon masalah aksesibilitas Kota, sistem transportasi diusulkan. Ini termasuk Arteri Primer, Arteri Sekunder, Kolektor Primer dan Sekunder Kolektor dan Lokal Jalan. Rencana yang diusulkan terdiri dari:
a.    Jalan tol internal di Utara dan Timur wilayah Bandung
b.    Jalan kereta api Usulan
c.    Peningkatan stasiun kereta api yang ada untuk menjadi sebuah stasiun daerah
d.    Membangun terminal terpadu di Gedebage yang akan melayani angkutan umum, kontainer dan Stasiun kereta api
e.    Membangun bus baru terminal di perimeter Kota
f.     Memanfaatkan Bandara Husein Sastranegara hingga kawasan bandara baru dibangun.

Rencana transportasi ini disajikan dalam gambar berikut.

Gambar
Struktur Jalan Rencana di Bandung

Gambar 16
Usulan Struktur Jalan Tol Rencana Bandung

Master Plan 2013 yang diusulkan empat strategi penggunaan lahan, yang mengatur kawasan konservasi, pembangunan daerah, fasilitas perkotaan, kepadatan penduduk dan daya dukung kota.

Pertama, kawasan konservasi yang dipilih untuk melestarikan akuifer mengisi ulang, keanekaragaman hayati di hutan dan area taman di kota dan bangunan bersejarah. Ini diterjemahkan lebih lanjut dalam Rencana Konservasi dalam tabel dan gambar di bawah ini.
Tabel IX
Klasifikasi Detail Strategi Konservasi


Gambar 
Rencana konservasi di Bandung

Wilayah pengembangan dan strategi pembangunan dibagi dalam beberapa jenis penggunaan lahan yaitu: Perumahan, Fasilitas Pemerintah, Perdagangan, Industri Jasa, Pendidikan, Kesehatan, Industri dan Gudang, Pariwisata dan Rekreasi, Militer.

Rencana lain yang diusulkan dalam Rencana Induk 2013 adalah :
a.    Pasokan Air Bersih
b.    Sewage Sistem dan Pengolahan Air
c.    Limbah Padat Sistem dan Pengobatan
d.    kebakaran Station
e.    Energi dan Telekomunikasi
f.     Sarana Umum

Selanjutnya pertama-tiga rencana dijelaskan dalam mengikuti angka.

Gambar
Rencana Distribusi Air Bersih untuk Kota Bandung

Gambar
Rencana Pengolahan Air Limbah untuk Kota Bandung

Gambar
Rencana Pengolahan Limbah Padat untuk Kota Bandung

Analisis Strategi Penataan Ruang

Kotamadya Bandung menyadari banyak strategi pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dalam Rencana Strategis Kota Bandung dan Master Plan 2013. Salah satu strategi adalah untuk mengembangkan rencana konservasi alam dan sejarah.

Master Plan 2013 mencoba menerapkan beberapa strategi pembangunan perkotaan berkelanjutan seperti mengusulkan Pusat Perkotaan Dasar dan Menengah.

Mencermati kondisi sekarang dari Kota Bandung, Master Plan 2013 telah gagal untuk menyadari masalah-masalah sosial dan teknis hukum. Kepemilikan tanah swasta besar dan ruang terbatas di kota telah melarang Master Plan untuk dilaksanakan. Beberapa isu-isu sosial seperti perumahan yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah tidak diusulkan untuk diselesaikan dengan pendekatan partisipatif terintegrasi meskipun strategi hidup kepadatan tinggi sudah dipertimbangkan. Sementara daerah kreasi pekerjaan pan dan kumuh redevelopments juga tidak jelas terungkap dalam rencana.

Rencana Konservasi benar-benar telah mengakui pentingnya daerah sejarah dan wisata alam di Bandung. Namun, kawasan konservasi alam di Utara Bandung tidak dapat dilaksanakan karena masalah hukum dengan pemilik tanah dan Pemerintah Pusat. Karena meningkatnya nilai tanah dan pengendalian pembangunan kurang ketat di daerah tersebut. Selanjutnya, ini telah meningkatkan run-off dari wilayah utara Bandung, menyebabkan banjir potensial di Bandung Selatan.
Pengelolaan air terpadu dan pengelolaan sampah tidak ditentukan dalam Rencana Induk. Meskipun, pelaksanaan dan peningkatan praktek yang ada masih membutuhkan lebih banyak waktu. Beberapa masalah juga ada seperti pemilahan sampah, pengolahan limbah tidak diprioritaskan untuk dilakukan. Mengenai industri, pengakuan kebutuhan pengembangan industri ramah lingkungan disebutkan dalam Rencana. Meskipun dalam kenyataannya, industri mencemari tidak efektif diatur belum.

Kesimpulan :
Karena  kondisi yang ada dari pembangunan perkotaan di Bandung, Kotamadya Bandung telah mencoba upaya terbaik dalam menentukan strategi pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dalam Rencana Induk 2013. Namun sangat sulit untuk menerapkannya karena penerimaan publik yang rendah, pengendalian pembangunan kurang ketat serta keterbatasan hukum dan keuangan.