Review Jurnal
THE
CITY OF BANDUNG AND REVIEW OF BANDUNG SPATIAL PLANNING STRATEGIES IN 2005
Disusun untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Perencanaan
Semester VI Tahun
Akademik 2014/2015
Kelompok 4 :
Dzikri Hidayat 10070310018
Muhammad Muhtaj Q. 10070310040
Risya Nurazizah 10070311003
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2014 M / 1435 H
KOTA BANDUNG DAN
ULASAN STRATEGI PENATAAN RUANG KOTA BANDUNG PADA TAHUN 2005
KONTEKS FISIK
Kota Bandung terletak
di Provinsi Jawa Barat, sekaligus menjadi Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Lokasi geografisnya adalah 1070 32 '38,91
"E dan 60 55' 19.94" S, sedangkan ketinggian adalah antara 675 m dan
1'050 m dpl. Kondisi topografi Bandung dapat dikategorikan menjadi dua bagian.
Bagian Utara merupakan daerah pegunungan dengan panorama yang indah, sedangkan
bagian selatan kota relatif rendah dengan daerah pertanian dan rawa-rawa.
Kondisi atmosfer Bandung dapat digambarkan sebagai basah dan lembab. Suhu
rata-rata adalah 23,6 ° C, sedangkan curah hujan bulanan mencapai 156,4 mm
(rata-rata 15 hari hujan dalam setiap bulan). Beberapa ahli menjelaskan bahwa
Bandung adalah cekungan besar di zaman prasejarah. Hal ini merupakan kendala
dalam konteks pembangunan karena keterbatasan lahan untuk ekspansi dan biaya
pengembangan yang lebih tinggi untuk mengembangkan lereng curam.
Gambar
Pemandangan yang Indah di Bandung
Utara
Dengan total luas 167,29 km2, Kota Bandung dibagi menjadi Enam Wilayah Pengembangan, yaitu :
1.
Wilayah Pengembangan Bojonegara
2. Wilayah Pengembangan Cibeunying
3. Wilayah Pengembangan Tegallega
4.
Wilayah Pengembangan Karees
5. Wilayah Pengembangan Ujungberung
6.
Wilayah Pengembangan Gedebage
Divisi ini selanjutnya disajikan dalam gambar berikut.
Gambar
Peta
Bandung beserta enam Wilayah Pengembangan
KONTEKS SOSIAL, POLITIK DAN
KELEMBAGAAN
Bandung dibangun pada tahun 1488 oleh
Kerajaan Pajajaran namun tidak sepenuhnya dikembangkan sampai tahun 1799. Selanjutnya
pemerintahan Bandung dibentuk pada 21 Februari 1901. Selama waktu
stabilisasi Republik Indonesia bentuk Kota diubah menjadi Staadsgemeente Bandoeng di 1 Juli 1948,
Haminte Bandung 17 Januari 1949, dan akhirnya menjadi Bandung Big City pada 15 Agustus 1950. Sejak itu Kota Bandung berada di bawah
Penanganan Pemerintahan Nasional. Daerah Kota Bandung telah mengalami perluasan
beberapa kali karena populasi penduduk yang meningkat dan adanya kebutuhan
politik. Pada tahun 1906 Kota Bandung dinyatakan sebagai derah otonom dengan
luas 1.922 Ha. Ini merupakan ekstensi pertama. Ekstensi kedua terjadi pada 12
Oktober 1917 dengan luas 1.871 Ha.
Gambar
Kota Bandung
pada Tahun 1930an
Pada tahun 1933, proses
perencanaan dari Kota Bandung yang digagas oleh Prof, Ir. Thomas Karsten. Rencananya dipersiapkan
untuk 25 tahun ke depan. Karena rencana, wilayah Bandung diperpanjang dari 2'871 Ha ke 12'758 Ha untuk rumah 750'000 orang pada tahun 1955. Rencana ini kemudian dikenal dengan "Rencana Karsten" dan dapat dilihat pada gambar
berikut.
Gambar
Rencana
Karsten untuk Kota Bandung
Kota
Bandung dibagi menjadi :
1.
6
Wilayah Pembangunan (WP)
2.
26
Kecamatan yang dipimpin oleh seorang camat
3.
139
Desa (Kelurahan) yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa (Lurah)
4.
1.500
Asosiasi Masyarakat (Rukun Warga) yang dipimpin oleh seorang Ketua RW
5.
9.277
Asosiasi Sekitar (Rukun Tetangga) yang dipimpin oleh seorang Ketua RT
Menurut Sensus Ekonomi Nasional 2003 penduduk Bandung telah
mencapai 2.228.268 orang (dengan 1.113.267 perempuan dan laki-laki 1.115.001).
Kepadatan penduduk rata-rata Bandung adalah 13'367 orang / km2.
Gambar
Kepadatan
Penduduk di Kota Bandung pada Tahun 2000
Dari segi pendidikan penduduk Kota
Bandung dapat dikatakan normal, hanya sekitar 9,33% saja yang tidak menerima
pendidikan. Masalah pengangguran di Kota Bandung juga telah disoroti oleh
beberapa ahli, dilaporkan 27.500 orang menganggur karena perusahaan menutup dan
kurangnya kreasi pekerjaaan.
Pada tahun 2003
Sensus Ekonomi jumlah penduduk miskin telah mencapai 34,34% dari total
penduduk. Maasalah kemiskinan ini menciptakan banyak masalah sosial seperti
kriminalitas, permukiman kumuh dan lain sebagainya.
Gambar
Pemukiman Kumuh di Bandung
Untuk segi fasilitas umum misalnya
fasilitas kesehatan, jumlah fasilitas
kesehatan di Bandung sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk Bandung, meskipun idealnya harus
ditingkatkan.
KONTEKS EKONOMI
Kegiatan ekonomi utama Kota Bandung
adalah perdagangan dan industri manufaktur khususnya tekstil dan garmen. Adapun kegiatan pertanian di Bandung telah
berkurang sejak tahun 1970 karena telah banyak lahan pertanian yang dikonversi
menjadi kawasan industri dan perumahan.
Tabel IV
Total jumlah perusahaan industri
besar dan menengah dan
penyerapan tenaga kerja di Bandung, 1998-2003
Tahun
|
Banyaknya Usaha
|
Tenaga Kerja
|
1998
|
537
|
102.481
|
1999
|
555
|
114.840
|
2000
|
581
|
119.696
|
2001
|
577
|
147.945
|
2002
|
567
|
128.167
|
2003
|
577
|
108.388
|
Sektor ekonomi lainnya yang membuat banyak kontribusi adalah
pendidikan. Beberapa universitas yang
diakui secara nasional seperti Institut
Teknologi Bandung (ITB), Universitas
Padjajaran (UNPAD) dan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR)
rupanya telah mendorong perguruan tinggi swasta muncul di Bandung. Semua
lembaga pendidikan kemudian menciptakan tuntutan untuk mendukung kegiatan ekonomi seperti perdagangan dan jasa.
Factory outlet, makanan lezat dan pemandangan
yang indah tiga faktor menarik
bagi wisatawan yang datang ke Bandung. Hal ini telah
menghasilkan keuntungan besar
untuk industri ini. Di sisi lain,
dampak negatif yang ditimbulkan adalah kemacetan lalu lintas akhir pekan yang berat.
Gambar
Kemacetan lalu lintas di Bandung
KONTEKS
LINGKUNGAN
Kebutuhan sanitasi
publik yang baik di
Bandung tidak mudah untuk menangani, karena adanya disintegrasi pelayanan
publik jaringan dalam struktur
perkotaan yang ada. Hal ini dapat ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar
Limbah padat yang tidak bisa diangkut
dan longsor sampah yang terjadi
di Leuwi Gajah Bandung
Kurangnya pengolahan sampah akhir yang memadai adalah masalah
utama bagi pengelolaan sampah. Masalah
lain yang berasal dari operasi ini adalah kontaminasi
logam berat tanah, kontaminasi air, polusi
bau dan menyebar penyakit
menular. Semua fenomena ini
menunjukkan perlunya pergeseran paradigma dalam pengelolaan limbah padat
Bandung.
Lingkungan di Kota Bandung juga terkait masalah lain adalah banjir tahunan. Karena
perkembangan pesat di Bandung, terutama di wilayah utara yang merupakan daerah
resapan air tanah, masalah banjir menjadi acara
tahunan di bagian selatan Bandung.
Penyebab lain dari ini mengotori masalah di sungai.
Gambar
Daerah rawan banjir dan program
perbaikan sungai
Gambar
Kondisi saat banjir
Masalah polusi udara juga yang terjadi di Bandung, karena
meningkatnya populasi mobil pribadi dan sepeda motor.
Strategi
Perencanaan Tata Ruang
yang Telah Ada
Kota Bandung sebenarnya telah mengidentifikasi beberapa masalah di atas dalam dua rencana pemerintah. Rencana ini menyatakan strategi
baru untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Dokumen-dokumen ini adalah: Rencana Strategis Kota Bandung 2004 - 2008, dan Rencana Bandung Guru 2013.
Rencana Strategis Kota Bandung 2004-2008
Rencana Strategis
Kota Bandung telah mengidentifikasi
beberapa isu strategis yang harus diprioritaskan dalam program
pembangunan 5-tahun.
Isu-isu pembangunan strategis adalah:
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia
- Meningkatkan sumber daya manusia (agen publik dan pemerintah)
-
Meningkatkan lembaga pendidikan di
Kota
2. Pembangunan ekonomi
- Meningkatkan ekonomi masyarakat berdasarkan kesempatan
yang sama kuat dan lokal
- Menciptakan peluang investasi yang menarik untuk mempromosikan
kesempatan kerja
- Mengurangi kemiskinan
3. Pengembangan Budaya - Sosial
- Menciptakan kohesi sosial di
masyarakat
- Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap proses pembangunan
- Memanfaatkan potensi masyarakat Total
-
Mengontrol urbanisasi
4. Perencanaan
Kota
- Memberikan
pelayanan publik bagi semua warga Kota
- Menyediakan
infrastruktur yang baik untuk investasi baru terutama sistem transportasi
- Mengembangkan
bagian Timur Kota Bandung
- Mengontrol
masalah banjir
- Mempertahankan
infrastruktur kota
- Mengurangi
eksploitasi air tanah, dengan menyediakan pasokan air yang cukup bersih
- Mengurangi
polusi tanah, air dan udara
- Meningkatkan
kualitas hidup
- Membuat
pengelolaan sampah yang efisien dan efektif
5.
Tata Kelola yang
Baik
- Meningkatkan partisipasi stakeholder dalam semua proses pembangunan
- Mempromosikan profesionalisme, akuntabilitas, dan agen pemerintah
yang responsif
-
Meningkatkan infrastruktur
pemerintah untuk
pelayanan publik
- Meningkatkan koordinasi antara kota di daerah
Greater Bandung
6.
APBD
- Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penganggaran
- Membuat akuntabel, efektif, efisien sistem APBD
Isu-isu ini kemudian diterjemahkan ke dalam Vision, yang
"Mempromosikan Bandung menjadi bersih, kaya, baik dan ramah City,
berdasarkan industri jasa." Nanti setiap masalah juga diterjemahkan ke
dalam program-program pembangunan yang lebih detail. Respon saya untuk rencana
ini adalah keterbatasan waktu serta dampak langsung dari setiap program untuk
Pembangunan Perkotaan.
Master Plan Bandung 2013
Tujuan dari Master Plan ini adalah untuk
menciptakan efisiensi penggunaan lahan, mengintegrasikan pengembangan kota dan meningkatkan efektivitas pelayanan
perkotaan. Ini juga termasuk beberapa
rekomendasi dari Master Plan 1992. Enam Pengembangan Kecamatan yang diusulkan sesuai dengan lokasi geografis yang sama di dalam saluran layanan Sekunder Perkotaan Centre. Selanjutnya divisi ini dan Pusat Perkotaan disajikan dalam gambar berikut.
Gambar
Pusat Kota Primer dan Sekunder dan Distrik di Kota
Bandung
Master Plan 2013 yang diusulkan delapan Pusat Perkotaan untuk menciptakan pelayanan
perkotaan yang
lebih baik. Dua Pusat Primer adalah Afrika di Area Asia (Pusat Kota yang ada) dan Gedebage sekitar. Ini diusulkan untuk menciptakan sebuah kota duo-sentris dan untuk
mengurangi kemacetan
lalu lintas di Pusat Kota. Enam Pusat Sekunder telah dijelaskan dalam tabel sebelumnya.
Rencana penggunaan lahan juga disajikan dalam gambar berikut.
Gambar
Peta Penggunaan Lahan di Kota Bandung
Karena peran Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa
Barat, beberapa daerah strategis juga diidentifikasi untuk melayani wilayah yang lebih besar, yang akan disajikan dalam tabel berikutnya.
Tabel VIII
Provinsi, Daerah dan Kota Pusat di Bandung
Lokasi ini lebih lanjut disajikan dalam gambar berikut.
Gambar
Provinsi, Daerah dan Pusat Kota di Bandung
Dalam merespon masalah aksesibilitas Kota, sistem
transportasi diusulkan. Ini termasuk Arteri Primer, Arteri Sekunder, Kolektor Primer dan Sekunder Kolektor dan Lokal Jalan. Rencana yang diusulkan terdiri dari:
a. Jalan tol internal di Utara dan Timur wilayah Bandung
b. Jalan kereta
api Usulan
c. Peningkatan stasiun kereta api yang ada untuk
menjadi sebuah
stasiun daerah
d. Membangun terminal terpadu di Gedebage yang akan
melayani angkutan
umum, kontainer dan Stasiun kereta
api
e. Membangun bus baru terminal di perimeter Kota
f.
Memanfaatkan Bandara Husein
Sastranegara hingga kawasan bandara baru dibangun.
Rencana transportasi ini disajikan
dalam gambar berikut.
Gambar
Struktur Jalan Rencana di Bandung
Gambar 16
Usulan Struktur Jalan Tol Rencana Bandung
Master Plan 2013 yang diusulkan empat strategi penggunaan lahan, yang mengatur kawasan
konservasi, pembangunan
daerah, fasilitas
perkotaan, kepadatan
penduduk dan daya
dukung kota.
Pertama, kawasan
konservasi yang
dipilih untuk
melestarikan akuifer mengisi ulang, keanekaragaman
hayati di hutan dan area taman di kota dan bangunan
bersejarah. Ini diterjemahkan lebih lanjut
dalam Rencana Konservasi dalam tabel dan gambar di bawah
ini.
Tabel IX
Klasifikasi Detail Strategi Konservasi
Gambar
Rencana konservasi di Bandung
Wilayah pengembangan dan strategi
pembangunan dibagi
dalam beberapa jenis penggunaan lahan yaitu: Perumahan, Fasilitas Pemerintah, Perdagangan, Industri Jasa, Pendidikan, Kesehatan, Industri dan Gudang, Pariwisata dan Rekreasi, Militer.
Rencana lain yang diusulkan dalam Rencana Induk 2013 adalah :
a. Pasokan Air Bersih
b. Sewage Sistem dan Pengolahan Air
c. Limbah Padat Sistem dan
Pengobatan
d. kebakaran Station
e. Energi dan
Telekomunikasi
f.
Sarana Umum
Selanjutnya pertama-tiga rencana
dijelaskan dalam mengikuti angka.
Gambar
Rencana Distribusi Air Bersih untuk
Kota Bandung
Gambar
Rencana
Pengolahan Air Limbah untuk Kota Bandung
Gambar
Rencana Pengolahan Limbah Padat untuk
Kota Bandung
Analisis Strategi Penataan Ruang
Kotamadya
Bandung menyadari banyak strategi pembangunan perkotaan yang berkelanjutan
dalam Rencana Strategis Kota Bandung dan Master Plan 2013. Salah satu strategi
adalah untuk mengembangkan rencana konservasi alam dan sejarah.
Master Plan 2013 mencoba
menerapkan beberapa
strategi pembangunan
perkotaan berkelanjutan
seperti mengusulkan Pusat Perkotaan Dasar dan
Menengah.
Mencermati kondisi sekarang dari Kota Bandung, Master
Plan 2013 telah gagal untuk menyadari masalah-masalah sosial dan teknis hukum. Kepemilikan tanah swasta besar dan ruang terbatas di kota telah melarang Master Plan untuk
dilaksanakan. Beberapa isu-isu sosial seperti perumahan yang
terjangkau bagi
masyarakat berpenghasilan rendah tidak diusulkan
untuk diselesaikan
dengan pendekatan
partisipatif terintegrasi meskipun strategi hidup kepadatan tinggi sudah dipertimbangkan. Sementara daerah kreasi pekerjaan pan dan kumuh redevelopments juga tidak jelas terungkap dalam rencana.
Rencana
Konservasi benar-benar telah mengakui pentingnya daerah sejarah dan wisata alam
di Bandung. Namun, kawasan
konservasi alam di Utara Bandung tidak dapat dilaksanakan karena masalah hukum
dengan pemilik tanah dan Pemerintah Pusat. Karena meningkatnya nilai tanah dan
pengendalian pembangunan kurang ketat di daerah tersebut. Selanjutnya, ini
telah meningkatkan run-off dari wilayah utara Bandung, menyebabkan banjir
potensial di Bandung Selatan.
Pengelolaan air terpadu dan pengelolaan
sampah tidak ditentukan dalam Rencana Induk. Meskipun, pelaksanaan dan peningkatan praktek yang ada masih membutuhkan lebih
banyak waktu. Beberapa
masalah juga ada seperti pemilahan sampah, pengolahan limbah tidak diprioritaskan untuk dilakukan. Mengenai industri, pengakuan kebutuhan pengembangan
industri ramah lingkungan disebutkan dalam Rencana. Meskipun dalam kenyataannya, industri mencemari tidak efektif diatur belum.
Kesimpulan :
Karena
kondisi yang ada dari pembangunan
perkotaan di Bandung, Kotamadya Bandung telah mencoba upaya terbaik dalam menentukan strategi
pembangunan perkotaan
yang berkelanjutan dalam Rencana
Induk 2013. Namun sangat sulit untuk menerapkannya karena penerimaan publik yang rendah, pengendalian
pembangunan kurang
ketat serta
keterbatasan hukum dan
keuangan.